Tercapainya
kemerdekaan Indonesia tidak terlepas dari peran serta organisasi
wanita. Mereka adalah salah satu kelompok pejuang Indonesia yang memberi
kontribusi penting dalam hal pembentukan mental bangsa. Tujuan
perjuangan gerakan wanita adalah mencapai persamaan derajat, pengakuan,
dan perlindungan terhadap hak-haknya. Banyak wanita, baik secara
individu maupun kelompok berjuang untuk tujuan tersebut.

Organisasi-organisasi tersebut mengadakan Kongres Persatuan Wanita Indonesia di Yogyakarta pada tanggal 22 sampai 25 Desember 1928. Hari pembukaan kongres tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu. Dalam kongres tersebut dibentuk juga PPII (Perserikatan Perhimpunan Isteri Indonesia) sebagai kumpulan organisasi wanita. Itulah sejarah perkembangan organisasi wanita di Indonesia sehingga turut membantu tercapainya Indonesia merdeka seperti sekarang ini.
Kemunculan gerakan wanita di
Indonesia dipelopori olah RA Kartini (1879-1904) sehingga hari lahir
Kartini tanggal 21 April 1879 diperingati sebagai hari Kartini. Kartini
adalah puteri Bupati Jepara dan kelak menjadi isteri Bupati Rembang.
Perjuangan wanita yang dilakukan Kartini berupa tuntutan emansipasi
(persamaan hak) antara pria dan wanita, khususnya di bidang pendidikan
dan perkawinan.
Berkat Kartini, banyak sekolah didirikan khusus untuk pendidikan kaum perempuan. Sekolah-sekolah tersebut diberi nama Sekolah Kartini. Cita-cita RA Kartini tertuang dalam surat-surat yang ia kirim kepada sahabat-sahabatnya di negeri Belanda. Surat-surat tersebut diterbitkan oleh Abendanon yang berjudul Door Duisternist tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang) pada tahun 1911. Pada tahun 1982, Sulastin Sutrisno menerjemahkan surat-surat itu kembali dengan judul Surat-Surat Kartini.
Selain
Kartini, Dewi Sartika juga menjadi pelopor gerakan wanita di Jawa
Barat. Ia mendirikan sekolah Keutamaan Isteri untuk kaum wanita di Jawa
Barat. Pelopor gerakan wanita dari Minahasa adalah Maria Walanda Maramis
yang belajar bahasa Belanda dari suaminya, Yosef Walanda. Berkat
pengetahuannya, ia sadar akan nasib kaum wanita Minahasa yang jauh
tertinggal. Maka pada tahun 1927, ia berjuang dan berhasil mendirikan
organisasi PIKAT (Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya).Berkat Kartini, banyak sekolah didirikan khusus untuk pendidikan kaum perempuan. Sekolah-sekolah tersebut diberi nama Sekolah Kartini. Cita-cita RA Kartini tertuang dalam surat-surat yang ia kirim kepada sahabat-sahabatnya di negeri Belanda. Surat-surat tersebut diterbitkan oleh Abendanon yang berjudul Door Duisternist tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang) pada tahun 1911. Pada tahun 1982, Sulastin Sutrisno menerjemahkan surat-surat itu kembali dengan judul Surat-Surat Kartini.
Perkembangan Organisasi Wanita di Indonesia
Pada masa-masa berikutnya, kesadaran wanita Indonesia untuk hidup lebih baik makin terbuka lebar. Hal ini ditandai dengan keberadaan organisasi-organisasi wanita yang semakin banyak berdiri. Organisasi wanita yang muncul misalnya:- Perkumpulan Kartinifonds di Semarang,
- Putri Merdika di Jakarta,
- Wanita Rukun Santoso di Malang,
- Maju Kemuliaan di Bandung,
- Budi Wanito di Solo,
- Kerajinan Amai Setia di Kota Gadang, Sumatera Barat,
- Serikat Kaum Ibu Sumatera di Bukit Tinggi,
- Gorontalosche Mohammedaansche Vrouwenvereniging di Sulawesia Utara,
- Ina Tuni di Ambon, dan lain-lain.
- Aisiyah (Wanita Muhammadiyah),
- Puteri Indonesia (Wanita dari Pemuda Indonesia),
- Wanita Taman Siswa.
Organisasi-organisasi tersebut mengadakan Kongres Persatuan Wanita Indonesia di Yogyakarta pada tanggal 22 sampai 25 Desember 1928. Hari pembukaan kongres tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu. Dalam kongres tersebut dibentuk juga PPII (Perserikatan Perhimpunan Isteri Indonesia) sebagai kumpulan organisasi wanita. Itulah sejarah perkembangan organisasi wanita di Indonesia sehingga turut membantu tercapainya Indonesia merdeka seperti sekarang ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar